Selasa, 01 September 2009

konsep kota kompak

Dalam berbagai diskusi tentang pola-pola ruang dan bentuk kota yang berkelanjutan wacana yang diistilahkan sebagai kota kompak (compact city) tampaknya telah menjadi isu paling penting dewasa ini. Perhatian besar saat ini telah memfokuskan pada hubungan antara bentuk kota dan keberlanjutan, bahwa bentuk dan kepadatan kota-kota dapat berimplikasi pada masa depan mereka.
Darai debat itu argument-argumen yang kuat sedang dimunculkan bahwa kota kompak adalah bentuk kota yang dianggap paling berkelanjutan. Inilah yang diungkapkan oleh Mike Jenks, Elizabeth Burton dan Katie Williams (1996) dalam buku mereka yang berjudul Compact City : A Sustainable Urban Form ? buku ini juga sekaligus mengajukan berbagai opini dan riset dari serangkaian disiplin ilmu, dan memberikan suatu pemahaman dari debat teoritis dan tantangan-tantangan praktis yang melingkupi gagasan kota kompak ini. Tidak dipungkiri bahwa gagasan kota kompak didominasi oleh medel dasar dari pembangunan yang padat dari banyak kota-kota bersejarah di Eropa. Maka tidak mengherankan jika para penganjur paling kuat bagi kota kompak adalah komunitas Eropa (Commission of the European Cummunities).
Kota kompak ini memang digagas tidak sekedar untuk menghemat konsumsi energi, tetapi juga diyakini lebih menjamin keberlangsungan generasi yang akan datang. Jenks menyebutkan bahwa ada suatu hubungan yang sangat kuat antara bentuk kota dengan pembangunan berkelanjutan, tetapi sebenarnya tidaklah sesderhana itu atau bahkan langsung berbanding lurus. Ini seolah-olah telah dikesankan bahwa kota yang berkelanjutan adalah “Mesti terdapat suatu ketepatan dalam bentuk dan skala untuk berjalan kaki, bersepeda, efisien transportasi masal, dan dengan kekompakan dan ketersediaan interaksi social” (Elkin et.al., 1991, p.12).
Namun demikian dalam kota kompak ini terdapat gagasan yang kuat pada perencanaan “urban containment” yakni menyediakan suatu konsentrasi dari penggunaan campuran secara sosial berkelanjutan (socially sustainable mixed use), mengkonsentrasikan pembangunan-pembangunan dan mereduksi kebutuhan jalan hingga mereduksi emisi kendaraan-kendaraan. Oleh karena itu promosi penggunaan Public Transport (transportasi public/masal), kenyamanan berlalu lintas, berjalan kaki dan bersepeda adalah sering dikutip sebagai solusi (Elkin et.al., 1991, Newman, 1994).
Lebih lanjut melalui perencanaan efisiensi penggunaan jalan, yang dikombinasikan dengan skema daya listrik dan pemanasan, dan bangunan hemat energi juga dapat mereduksi emisi-emisi polutan yang beracun. (Nijkamp and Perrels, 1994; owens, 1992). Kepadatan tinggi dapat membantu membuat persediaan amenities (Fasilitas-fasilitas) dan yang secara ekonomis viable, serta mempertinggi keberlanjutan social (Houghton and Hunter, 1994).
Menerapkan secara penuh gagasan kota kompak bagi perencanaan kota-kota di Indonesia jelas masih membutuhkan kajian, studi dan riset tersendiri. Bagaimanapun konsep kota kompak bukanlah konsep yang kaku dan sederhana yang menggambarkan sebuah bentuk kota tertentu. Adanya perbedaan masing-masing karakteristik kota dan hudaya masyarakat yang menghuninya harus dimaknai bahwa kota kompak juga perlu dilihat dalam konteks kekhasan budaya, ekonomi dan identitas fisik kotanya saat ini untuk perubahan kota (urban change) di masa datang yang lebih baik dan efisien.
Namun ada hal yang sudah pasti yakni jika kita melihat kota-kota besar di Indonesia saat ini seperti Jakarta dan Surabaya, adalah terjadinya perkembangan kota yang padat dan semakin melebar secara horisontal tanpa batas yang jelas. Pelebaran ini mengakibatkan munculnya kota-kota pinggiran yang menjadi penyangga akibat perkembangan kota Jakarta seperti kota Depok, Bogor, Bekasi, Tangerang dll. Banyak pegawai yang tinggalnya di Jakarta tetapi tinggalnya di kota-kota pinggiran tersebut hal ini sudah dipastikan adany inefisiensi waktu, tenaga, dana, sumber-sumber energy dan lain-lain. Maka membangun kota yang padat dan vertikal sudah menjadi sebuah kemestian bagi perkembangan kota Jakarta dan kota-kota lainnya di masa yang akan datang.
Inefisiensi itu lebih diperparah lagi ketika perkembangan kota-kota besar itu belum diiringi denga penyediaan transportasi masal yang representatif dan memadai. Bagi kota-kota besar di Indonesia, dalam hal ini penyediaan transportasi public misalnya busway, monorail dan berbagai jenis mode transportasi masal jelas sesuatu yang tidak bisa di tawar-tawar lagi. Kemacetan di kota-kota besar akibat meningkatnya volume kendaraan karena bertambahnya pengguna mobil pribadi adalah sesuatu yang mesti segera di akhiri. Pada akhirnya konsumsi energi khususnya minyak BBM yang harganya fluktuatif itu diharapkan juga bisa sangat terkurangi.

s e p e d a

Berbagai hal mengenai sepeda baik yang berasal dari hasil studi, penelitian maupun standar kebijaksanaan (NSPM) antara lain :
Sepeda sebagai salah satu moda transportasi darat
Menurut Khan (1994) pesepeda hanya memerlukan capital cost yang kecil untuk kendaraan dan memerlukan infrastruktur yang lebih sedikit serta tidak menimbulkan polusi udara maupun suara, sehingga sarana transportasi ini merupakan sarana transportasi yang ramah terhadap lingkungan.
Menurut Susanto dan kawaan-kawan (1998) kini pengguna sepeda sebagai transportasi moda utama sering diindetikkan dengan masyarakat ekonomi kelas rendah, waktu bagi mereka bukan merupakan nilai yang perlu diperhitungkan. Jadi lebih baik naik sepeda dari pada menumpang kendaraan umum yang harus mengeluarkan biaya ekstra.
Keunggulan dan kelemahan moda transportasi sepeda
Keunggulan sepeda disbanding kendaraan bermotor adalah sepeda memberikan beban yang lebih kecil kepada lingkungan, hanya memerlukan energi yang sedikit dan biaya operasional yang diperlukan relatif kecil. Sedangkan kelemahan sepeda antara lain sulit untuk menempuh perjalanan jauh karena dijalankan oleh tenaga manusia. Bersepeda di daerah berbukit atau saat hujan dirasa kurang nyaman bila dibandingkan dengan mengendarai mobil, dan dilihat dari cara mengendarainya mudah mengalami kehilangan keseimbangan sehingga menimbulkan kecelekaan bagi pengendaranya. (Susanto dkk, 1998).
Tingkat kecelakaan dan keselamatan pada pengendara sepeda
Terjadinya kecelakaan pesepeda tidak selalu ditimbulkan oleh satu sebab tetapi oleh kombinasi berbagai efek dari sejumlah kelemahan atau gangguan yang berkaitan dengan pemakai dan lingkungannya misalnya tata letak kota, kebijakan lalu lintas, kondisi lingkungan (permukaan jalan), waktu, cuaca dan lain sebagainya. (Hobbs, 1995)
Menurut Mikko Rasanen (1997) keamanan merupakan hal yang sangat penting dalam berlalu lintas sehingga diperlukan kesadaran dan perhatian dari pengguna jalan khususnya pengendara sepeda itu sendiri terhadap peraturan-peraturan lalu lintas seperti marka jalan dan rambu-rambu lalu lintas yang ada.
Mencermati uraian pendapat di atas dapat disimpulkan kecelakaan yang dialami pesepeda disebabkan karena kurangnya daya dukung lingkungan terhadap lalu lintas sepeda. Daya dukung lingkungan diantaranya adalah ketersediaan fasilitas dalam berlalu lintas bagi pengguna sepeda, sehingga pesepeda merasa aman dalam mengendarai sepeda di jalan raya tanpa ada rasa takut terserempet atau tertabrak kendaraan bermotor.
Asumsi sepeda dalam arus lalu lintas
Kendaraan tak bermotor dalam MKJI 1997 adalah kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh tenaga orang atau hewan meliputi sepeda, becak, kereta kuda dan kereta dorong sesuai klasifikasi Bina Marga. Sebagai catatan kendaraan tak bermotor tidak dianggap sebagai bagian dari arus lalu lintas tetapi sebagai unsure dari side barrier (hambatan samping) (MKJI Ditjen Bina Marga, 1997). Sepeda dianggap sebagai hambatan samping karena kemampuan bergeraknya yang rendah dan tidak merupakan kendaraan bermotor, sehingga dikategorikan kendaraan lambat.

Senin, 03 Agustus 2009

mbah surip meninggal

Penyanyi fenomenal Mbah Surip meninggal di Rumah Sakit Pusdikkes, Jakarta Timur, Selasa (4/8). Sejauh ini, belum diketahui penyebab kematian pelantun Tak Gendong itu. Namun, dugaan kuat, Mbah Surip kelelahan.

Menurut sejumlah sumber, nyawa Mbah Surip tidak bisa terselamatkan oleh dokter di RS Pusdikkes, Jakarta Timur. Penyanyi berambut gimbal itu telah meninggal saat tiba di rumah sakit. Mbah Surip meninggal pukul 11.30 WIB.

Sejauh ini, belum diketahui yang menjadi penyebab meninggalnya penyanyi berpenampilan khas itu. Menurut beberapa sumber, mulut Mbah Surip telah berbusa saat dilarikan ke RS Pusdikkes. Namun sebagian lainnya menyebutkan bahwa Mbah Surip mengalami serangan jantung.

Dalam setiap aksi panggungnya, Mbah Surip selalu terlihat atraktif. Mbah Surip mengaku tak pernah lelah. Dia selalu terlihat bersemangat dalam menjalani hidup. Maniak kopi dan rokok ini belakangan dipenuhi dengan jadwal manggung.

Tak hanya di Jakarta, terkadang pria berambut gimbal ini juga suka tampil di luar kota. Mbah Surip mengaku tidak lelah dengan aktivitas padatnya tersebut walau umurnya tak muda lagi.

‘Harus semangat. Saya pernah nyanyi 60 jam tanpa henti. Paling kalau lelah tidur sebentar setelah itu capeknya hilang,” kata Mbah Surip saat ditemui wartawan di Studio Penta, Jakarta Barat, beberapa waktu silam.

Mbah Surip juga tidak terlalu mempermasalahkan popularitasnya yang diraihnya di usia tua. Pemilik nama Urip Aryanto ini mengatakan dia selalu mensyukuri apa yang didapatnya selama ini. Meledaknya album Tak Gendong, membuat dia menjadi miliarder dadakan. Konon, ia mendapat royalti dari lagu tersebut hingga Rp 4 miliar.

Popularitas Mbah Surip yang terus menanjak membuat pria ini memiliki ratusan penggemar. Di dalam jejaring sosial terkenal, Facebook, tercatat bila penggemarnya itu berjumlah sekitar 182.071 orang.

Berdandan ala rastafaria, Mbah Surip sudah bergaya hidup bohemian sejak lama. Ia besar sebagai seniman jalanan. Tak banyak yang berubah dalam diri Mbah Surip, meski kini dia telah terkenal dan menjadi kaya. Kini, para pecintanya akan kehilangan salam khas Mbah Surip, I Love You Full.

Minggu, 26 Juli 2009

kota hemat energi

Pertumbuhan kota yang nyaris tanpa batas wilayah merupakan fenomena kota-kota di Indonesia bahkan mungkin di dunia. Munculnya kota-kota yang tersebar ke dalam wilayah pinggiran berakibat pada tersebarnya dan kurang meratanya penyediaan pelayanan-pelayanan dari sub-suburban. Akibat lainnya adalah mahalnya biaya pembangunan infrastruktur, meningkatnya kemacetan karena makin bertambahnya volume lalu lintas, hilangnya banyak lahan pertanian, berkurangnya kenyamanan hidup baik di kota maupun di pinggiran serta terancamnya kondisi stabilitas pedesaan yang akhirnya konsumsi energi bagi kota dan warganya juga akan semakin besar dan tidak terelakkan. Dengan kecenderungan ini maka kota-kota akan makin dipandang sebagai lokasi yang paling banyak mengkonsumsi energi.

Penggunaan kendaraan pribadi seakan-akan merupakan satu-satunya jawaban bagi kebutuhan mobilitas yang tidak dapat di tawar. Pertumbuhan jumlah kendaraan di Indonesia (yang sekarang digolongkan negara miskin) mencapai lima juta unit pertahun. Betapa makin beratnya beban yang ditanggung oleh kota-kota kita setiap tahun. Pertumbuhan tersebut memiliki korelasi positif terhadap besarnya polusi dan telah menempatkan Jakarta sebagai kota ketiga terpolusi di dunia, bagaimana dengan kota Banjarmasin dan kota-kota lain di Kalimantan Selatan ? tentu jawabannya adalah belum separah kota Jakarta namun sedang berjalan menuju kearah tersebut walaupun lambat.

Dengan kepadatan populasi penduduk yang besar, maka konsentrasi persoalan-persoalan lingkungan, konsumsi sumber-sumber alam termasuk minyak, akan terakumulasi pada problematika kota, oleh karena itu merencanakan dan mengelola bentuk dan ruang kota dengan kebijakan public yang benar akan menjadi faktor kunci keberhasilan penghematan energi, pada akhirnya jika kebijakan dan prakteknya dapat ditemukan dan dijalankan dengan benar sudah dipastikan akan didapatkan efisiensi dan keuntungan yang besar. Salah satu pandangan/pendapat dalam mewujudkan kota hemat energi adalah kota kompak yang berkelanjutan (sustainable compact city) berciri-ciri fisik sebagai berikut :

Perkembangan Kota Vertikal

Fenomena perkembangan kota-kota di Indonesia saat ini adalah terjadinya perkembangan kota yang padat dan semakin melebar secara horisontal tanpa batas yang jelas, pelebaran ini mengakibatkan munculnya kota-kota pinggiran yang menjadi penyangga akibat perkembangan kota inti. Dengan banyaknya warga masyarakat yang bekerja di kota inti tetapi tinggal di kota-kota pinggiran pasti menyebabkan inefisiensi dari segi waktu, tenaga dan biaya juga masalah konsumsi energi. Oleh sebab itu pembangunan kota secara vertikal sudah menjadi sebuah kemestian bagi perkembangan kota. Pertumbuhan kota yang cenderung padat dan melebar seharusnya diubah menjadi pertumbuhan yang padat dan tumbuh secara vertikal untuk menjadi kota yang kompak. Solusi hidup dengan bangunan tinggi dengan campuran berbagai fungsi sudah merupakan keharusan atau minimal mulai dipikirkan dan direncanakan, tujuannya untuk memindahkan pergerak eksternal antar wilayah menjadi pergerakan internal dalam kawasan.

Sistim Transportasi Massal

Banyaknya inefisiensi di bidang energi dalam perkembangan kota di Indonesia karena belum tersediannya transportasi masal yang representatif dan memadai. Kemacetan yang terjadi di banyak kota di Indonesia akibat meningkatnya volume kendaraan karena bertambahnya pengguna mobil pribadi adalah sesuatu yang mesti segera di akhiri, dengan demikian konsumsi energi khususnya BBM yang harganya fluktuatif itu diharapkan sangat bisa terkurangi. Untuk menghambat penggunaan kendaraan pribadi, tingkat pelayanan transportasi massal harus lebih tinggi dari pada tingkat pelayanan mobil dan motor pribadi minimal dalam hal penghematan waktu dan biaya.

Kota Berinti Ganda

Tata guna lahan yang kompak dapat dilakukan dengan menempatkan daerah pemukiman dan komersial serta fungsi lahan lainnya dalam satu lokasi untuk mengurangi akan kebutuhan mobilitas. Dalam satu rencana tata ruang makro, penerapan kota berinti ganda dengan pusat aktifitas dan fasilitas umum yang menyebar di beberapa titik akan mencegah tertariknya mobilitas hanya ke satu titik yang berresiko pada kemacetan, jarak tempuh yang jauh yang otomatis konsumsi bahan bakar menjadi tinggi.

Tata Banguna dan Lingkungan Hemat Energi

Permukaan atap datar bangunan berkepadatan tinggi, aspal untuk jalan dan ruang terbuka (misalnya lapangan parkir) serta kurangnya area hijau di perkotaan berpotensi menjadikan kota sebagai urban heat island yang panasnya bisa mencapai 30 derajat celcius lebih tinggi dibanding daerah rural. Panas yang tinggi akan mengakibatkan peningkatan konsumsi energi listrik untuk pendinginan, sementara listrik kita saat ini masih bergantung pada BBM. Contoh di Luar negeri yakni di Amerika Serikat tepatnya di kota los Angeles gerakan cool community dengan menanam 3 pohon per satu bangunan, memperbaiki atap dan perkerasan dengan material yang lebih reflektif terhadap panas telah berhasil mengurangi pemakaian listrik sampai dengan setengah giga watt pertahun yang senilai dengan setengah milyar dollar AS.

Kalau pemerintah serius terhadap hal ini bisa saja mereka mewajibkan mengubah aspal di lapangan parker dengan grass block, pencahayaan alamiah di siang hari dengan bukaan yang optimal akan mengurangi energi listrik untuk penerangan ruangan dan penghawaan buatan.

Ruang Pejalan Kaki

Jalur sirkulasi di hampir seluruh kota di Indonesia memberi porsi yang lebih besar bagi kendaraan bermotor, sementara trotoar tak lebih dari 1,2 meter saja lebarnya dan harus berbagi dengan pot bunga, tong sampah, pedagang kaki lima dan lain sebagainya. Kita sering menjumpai trotoar yang tidak nyaman untuk dilewati pejalan kaki misalnya permukaan trotoar yang tidak rata (naik-turun) sehingga pejalan kaki harus berjalan naik turun karena trotoar terpotong oleh akses masuk halam permukiman, pertokoan perkantoran dan lain sebagainya. Hal tersebut membuat pejalan kaki enggan berjalan di atas trotoar dan memilih berjalan pada lajur yang diperuntukan bagi kendaraan bermotor. Pengadaan trotoar yang representatif mungkin dirasa belum perlu karena jumlah pejalan kaki di Indonesia masih sangat sedikit, tetapi mungkinkah jumlah pejalan kaki akan meningkat bila pedestrian (prasarana pejalan kaki) masih tidak nyaman untuk di gunakan. Jadi selama ini terjadi sikap saling menunggu antara pengadaan pedestrian dan pejalan kaki. Selain itu pengadaan lajur untuk kendaraan tak bermotor seperti sepeda juga jarang ditemui di kota-kota di Indonesia sebab sampai saat ini jumlah pesepeda di Indonesia masih sangat rendah sehingga pemerintah merasa belum perlu pengadaan lajur untuk sepeda.

Senin, 20 Juli 2009

manajemen dilema

sering kita mendengar tentang adanya dilema saaat pemerintah daerah hendak mengadakan pembaharuan/perbaikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. salah satu contoh yang sering terjadi di daerah-daerah di indonesia adalah adanya rencana perluasan jaringan (trayek) angkutan umum yang akan menjangkau tiap sudut wilayah. konsep atau rencana tersebut berawal dari adanya keinginan agar masyarakat dapat menggunakan jasa angkutan umum dengan mudah dan tentunya lebih murah, sebab keterbatasan jaringan trayek akan memacu bagi pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi dan meningginya angka biaya hidup karena harus menyediakan dana yang tinggi dalam melakukan perjalanan untuk kegiatan sehari-hari. Kebijakan perluasan jaringan trayek angkutan umum sering ditentang oleh pelaku/penyedia jasa transportasi mandiri terutama peng-ojek dan penarik becak karena dengan adanya perluasan trayek angkutan umum otomatis akan mengurangi pendapatan mereka karena tersaingi oleh angkutan umum yang lebih murah.

Melihat fenomena di atas nampaknya pihak pengambil kebijakan dalam pembangunan serasa di disodorkan buah simalakama (bentuk buahnya gimana ya.....). menghadapai kenyataana tersebut tentu dituntut kearifan dan kecermatan dalam mengambil keputusan untuk mengakomodasi kebutuhan kedua pihak .........to be continue

Selasa, 14 Juli 2009

pembinaan perkotaan menuju kesejahteraan sosial

Secara harfiah kesejahteraan adalah suatu keadaan/kondisi yang terdapat rasa aman, tentram, makmur yang dirasakan oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama. Dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 Bab I pasal 2 ayat 1 kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun sprituil yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yangmemungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan Pancasila. Kata “Sosial” berasal dari kata “Socio” yaitu menyangkut masalah kemasyarakatan, jadi pengertian Kesejahteraan Sosial dengan menggunakan kalimat yang mudah dimengerti semua orang adalah Keadaan aman, tentram, makmur yang dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Pihak yang paling berwenang dan bertanggung jawab dalam pembinaan perkotaan adalah Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota), pembinaan yang dilakukan dalam usaha pengembangan pengembangan kesejahteraan sosial di perkotaan meliputi :
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota (RTRK)
Masih adanya masalah di perkotaan yang disebabkan oleh tata ruang kota yang tidak dapat mengantisipasi perkembangan kota yang dinamis. Seiring perkembangan kota tersebut timbul masalah-maslah sosial yang menganggu kegiatan sehari-hari warga kota . Tata ruang kota berdasarkan pola terpadu melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam, lingkungan sosial serta potensinya. Suatu rencana tata ruang hendaknya bersifat mengarah pada pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi, misalnya penyediaan kawasan Industri yang disertai membuka jalan yang efisien bagi pemasaran produk maupun keperluan bahan baku . Guna mengatasi maslah diperkotaan yang berkaitan dengan penataan ruang hendaknya RTRK mempunyai sifat-sifat yaitu Akomodatif yaitu mencerminkan pemerataan bagi seluruh lapisan masyarakat kota mengingat warga kota adalah masyarakat yang heterogen. Suatu RTRK yang bersifat akomodatif akan membentuk Kota Akomodatif, ukuran akomodatif suatu kota dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kemiskinan, pengangguran dan derajat kesehatan warganya. Antisipatif yaitu mampu mengantisipasi segala kemungkinan perubahan yang terjadi akibat adanya bencana alam, pertumbuhan penduduk dan akibat dari perkembangan kota itu sendiri akibat dari aktivitas ekonomi dan sosial warganya, selain itu juga perlu mempertimbangkan perkembangan dari kota atau wilayah lain disekitarnya. Berwawasan lingkungan yaitu kota yang tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi warganya.
RTRK merupakan “wadah” dalam arti mengakomodasi aspirasi warga kota , walaupun dalam penyusunannya dilaksanakan oleh pemerintah tetapi harus memperhatikan saran, permohonan dan keberatan warganya. RTRK juga merupakan “pengarah” yaitu mengarahkan bagaimana dan kemana arah pembangunan yang hendak dilaksanakan dalam mewujudkan kesejahteraan sosial.
Pembinaan Aktivitas Perkotaan
Aktivitas warga perkotaan identik dengan fungsi kota sebagai Pusat Kegiatan Pemerintahan, Pusat Pelayanan Umum dan Pusat tumbuh kembangnya ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga pembinaan yang perlu dilakukan dapat berupa pemberlakuan Peraturan Daerah yang mendukung bagi tumbuh kembangnya ekonomi, sosial dan budaya, peningkatan pelayanan umum yang menyangkut masalah penyederhanaan prosedur dan penyelesaian yang cepat serta penanganan masalah sosial yang antara lain gelandangan, pengemis, kaki lima dan sebagainya.
Pembinaan Aparat
Pembinaan aparat pemerintah daerah guna membentuk aparat pemerintah yang memiliki dedikasi dan komitmen terhadap tugasnya. Pembinaan aparat diarahkan pada optimalisasi pada Budaya tertib yaitu berlaku tertib dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya misalnya tertib administrasi dan tertib menjalankan mekanisme kerja. Budaya disiplin yang terdiri dari Disiplin Kerja yaitu melaksanakan tugas dan tanggung jawab tanpa disertai niat/tujuan lain dan pekerjaan lain di luar dari apa yang telah dilimpahkan kepadanya dan menjadi tanggung jawabnya. Disiplin Waktu yaitu berkaitan dengan masalah pengatura/pembagian waktu kerja dan jam kerja. Disiplin Norma yaitu berkaitan dengan mental dan kepribadian baik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya maupun dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin Profesi yaitu berkaitan dengan upaya pembentukan aparat pemerintah daerah yang professional sehingga sadar dengan apa yang telah menjadi profesi dan tanggung jawabnya dan terus mengembangkan potensi diri guna menunjang dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat
Guna menumbuhkan partisipasi sosial masyarakat dalam pembangunan perkotaan perlu pembinaan yang diarahkan pada Peningkatan pendaya gunaan kekuatan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dan swasta. Meningkatkan dan memantapkan peran pemerintah sebagai pendorong peran swasta dan masyarakat dalam pembangunan kota/daerah. Menciptakan iklim yang kondusif bagi peran serta swasta dan masyarakat. Meningkatkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
Pembinaan Kelembagaan
Pembinaan diarahkan pada terciptanya pola kerja sama antar lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah (swasta dan swadaya masyarakat). Pola kerja sama antar lembaga sebaiknya berupa pembagian tugas dari masing-masing lembaga dengan prinsip saling menghargai tata cara penyelesain tugas.
Usaha pembinaan kota merupakan tanggung jawab kepala daerah sebagai sebagai coordinator pembangunan di daerah. Pembinaan yang dilakukan kepala daerah dengan dibantu oleh seluruh aparat pemerintahan di daerah hendaknya diarahkan pada fungsi pengembangan kesejahteraan sosial yang memiliki cirri-ciri meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat secara menyeluruh, meningkatkan rasa kesadaran dan tanggung jawab nasyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan bersama di wilayahnya, meningkatkan upaya pencegahan terhadap dampak permasalahan.

manajemen jamur dalam memilih lokasi pasar tradisional

Ide tulisan ini berawal dari saat saya menelepon teman saya yang sedang menempuh pendidikan tingkat magister di kota Surabaya, saat itu dia sedang berjuang menyusun tesis tentang salah satu pasar tradisional, yang bertema bagaimana agar bangunan pasar tradisional yang megah dan indah itu dipenuhi oleh pedagang dan ramai dikunjungi oleh pembeli sehingga bangunan tersebut benar-benar berfungsi sebagai pasar. Namun tulisan ini hanya beropini tentang salah satu hal yang sebaiknya menjadi pertimbangan dalam perencanaan mendirikan pasar tradisional. Karena masalah sepinya pedagang pada pasar tradisional yang baru berdiri merupakan hal yang sering terjadi tidak hanya di Kalimantan Selatan.

Perbedaan pasar modern dan pasar tradisional adalah saat proses transaksi jual beli, dimana pada pasar tradisional terjadi hubungan emosional antara pedagang dan pembeli karena adanya komunikasi dalam tawar menawar harga barang, hal tersebut tidak terjadi pada pasar modern dimana semua harga barang dagangan telah terbandrol sehingga pembeli tinggal mengambil dan membawa ke kasir dan membayar sesuai bandrol harga barang. Berbelanja di pasar tradisional masih merupakan kegemaran sebagian besar masyarakat Indonesia baik dari kalangan atas maupun kalangan bawah meskipun dalam bebelanja harus melewati lorong-lorong pasar yang kotor dan becek sehabis hujan.

Awal dari berdirinya atau lebih tepat dikatakan tumbuhnya pasar tradisional seperti tumbuhnya jamur. Jamur hanya tumbuh pada tempat-tempat tertentu yang artinya adalah tidak tumbuh di sembarang tempat. Tidak semua tempat di muka bumi bisa ditumbuhi jamur, hanya tempat-tempat yang mempunyai karakteristik tertentu jamur bisa tumbuh misalnya salah satunya adalah kelembabannya. Demikian juga dengan tumbuhnya pasar, bila kita menengok ke belakang asal muasal dari sebagian besar pasar tradisional di Indonesia adalah berawal dari adanya transaksi yang serba dalam jumlah kecil baik jumlah pedagangnya, pembelinya, barang dagangannya maupun jumlah uang yang dipakai sebagai alat tukar, namun transaksi tersebut terjadi berulang-ulang setiap hari dan terus berkembang. Melihat fakta tersebut kita bisa ketahui mengapa bangunan pasar yang megah pada suatu area yang asalnya bukan pasar sepi pedagang dan pembeli. Untuk mengetahui penyebab terjadinya hal tersebut perlu kajian lebih jauh tentang budaya masyarakat setempat dan ilmu Ekonomi, yang selanjutnya dijadikan pertimbangan bagi rencana mendirikan pasar yang baru yang berkapasitas besar dengan segala kemewahannya.

Bagaimana dengan Relokasi atau memindahkan pedagang pasar tradisional ? kembali kita lihat tumbuhan jamur, tumbuhan jamur akan mati saat dipindahkan secara sembarangan, perlu suatu cara tertentu untuk dapat memindahkan jamur ketempat lain agar jamur tetap hidup sehingga harus dipindahkan juga habitatnya. Tidak seperti memindahkan pohon pisang yang hanya dengan mencabut dan menanamnya kembali di tempat lain. Melihat fakta tentang jamur tadi sangat mirip dengan fakta yang terjadi saat ada upaya relokasi pedagang pasar yang selalu mendapat reaksi penolakan dari pedagang pasar dengan alasan utama lokasi yang baru tidak memberikan keuntungan bagi usahanya yang disebabkan berbagai macam faktor yang mungkin diantaranya karena letak pasar yang kurang strategis, harga sewa yang mahal dan lain sebagainya. Dampak dari relokasi pasar yang gagal adalah potensial bagi tumbuhnya pasar-pasar baru yang berskala kecil atau istilah urang banjar adalah pasar sajumput.

Tempat atau lokasi yang potensial untuk berdirinya pasar tradisional sesuai dengan kebiasaan pedagang (terutama pedagang eceran) dalam memilih Lokasi Bisnis Eceran. Lokasi memang merupakan salah satu hal yang sangat mendukung sukses tidaknya suatu bisnis. Tetapi tiap lokasi memiliki daya dukung atau pengaruh yang berbeda-beda terhadap suatu bisnis. Suatu lokasi bias saja menguntungkan atau bahkan merugikan. Karena itu anda harus selektif dalam memilih lokasi bisnis, termasuk bisnis eceran sekalipun. Lalu lokasi seperti apa yang menguntungkan, khususnya untuk bisnis eceran? Berikut ini adalah lokasi bisnis eceran yang cukup strategis :

Pusat Kota

Kota merupakan lokasi yang menjanjikan bagi jalannya bisnis, menempatkan bisnis eceran dipusat kota memiliki beberapa keuntungan, misalnya lebih menarik konsumen karena banyak orang yang lalu lalang sehingga banyak konsumen yang tak terduga, hanya tentu saja persaingan bisnis di kota lebih ketat selain itu cost yang dibutuhkan lebih besar karena biasanya sewa tempatnya lebih mahal bila dibandingkan dengan daerah non perkotaan.

Pemukiman Penduduk

Keuntungan bisinis eceran di daerah pemukiman adalah biaya operasional dan biaya sewa tempat yang lebih kecil , serta hubungan dengan pelanggan lebih dekat sehingga lebih mudah terjadi interaksi yang menurus ke perkembangan bisnis.

sedangkan penyebab sulitnya diadakan relokasi pedagang pasar tradisional karena adanya kebiasaan pedagang dalam memilih lokasi bisnis eceran selain dua tempat yang telah tersebut di atas yakni :

Pusat perbelanjaan

Pusat perbelanjaan seperti mall, pertokoan, pasar tradisional merupakan lokasi yang tepat untuk bisnis eceran, karena lokasi ini memungkinkan prinsip one stop shopping, jika konsumen tertarik mendatangi satu pedagang, kemungkinan konsumen itu juga akan mendatangi pedagang lainnya, hal ini berarti membuka peluang bagi pedgang lain disekitarnya. Mendekati Pesaing dengan memilih lokasi yang dekat dengan pesaing atau pelaku bisnis di bidang yang sama menjadi pilihan. Paling tidak pelanggan para pesaing juga akan mengunjungi kegiatan bisnis anda jika pesaing kehabisan stok barang yang biasa mereka jual, memungkinkan pelanggan beralih ke bisnis anda. Selain itu juga memungkinkan terjadinya kerja sama yang keuntungannya akan dirasakan bersama-sama.

Bagian akhir dari tulisan ini adalah merupakan uraian singkat tentang jabaran operasional dari Manajemen Jamur di atas yakni sebagai berikut :

Karena pasar tradisional tidak dapat didirikan pada sembarang tempat maka perlu dicari dan atau diciptakan tempat-tempat yang berpotensi untuk dijadikan lokasi pasar tradisional baru dengan tetap mengacu kebiasaan pedagang dalam memilih lokasi berdagang. Dalam mengembangkan kawasan pemukiman penduduk hendaknya direncanakan/disediakan pula area untuk mendirikan pasar karena pemukiman penduduk merupakan tempat yang sangat potensial bagi tumbuhnya pasar tradisional.

ucapan terima kasih kepada seseorang yang telah menulis tentang lokasi bisnis eceran, so smart